Saturday, October 20, 2012

Cerita KKP Desa Danaraja Part 1

Sepertinya gue belum pernah dengan jelas menceritakan pengalaman-pengalaman dan cerita selama gue KKP ya, keburu heboh sama Semeru hehe. Ditambah lagi, proses penulisannya saingan sama tugas-tugas yang bejibun. Yah, pokoknya inilah cerita KKP gue yang bisa gua ceritakan.
Jadi, mahasiswa semester 6 di jurusan gue diwajibkan untuk mengambil mata kuliah yang namanya Kuliah Kerja Profesi atau KKP. Untuk pelaksanaannya, digabung sama mahasiswa dari Fakultas lain. KKP ini nggak beda jauh sama KKN, bedanya kalau KKN kan, mahasiswa mengabdi pada masyarakat berdasarkan apa yang dibutuhkan masyarakat. KKP kurang lebih sama, bedanya mahasiswa mempraktikan ilmu yang mereka miliki masing-masing sesuai profesi bidang ilmunya itu. KKP ini berlangsung dari tanggal 26 Juni sampai kami pulang tanggal 9 Agustus, kurang lebih tujuh minggu.
Awalnya gue pengen banget ditempatin di Kalimantan, soalnya pengen banget menginjak tanah Borneo. Sayangnya seperti yang pernah gue curhat-kan di halaman ini, gue ngga dapet apa yang gue inginkan, gue dapetnya di Kabupaten Tegal, Kecamatan Margasari, Desa Danaraja.
Peta Kecamatan Margasari
yang ada di Balai Desa Danaraja.
yang gue lingkari itu Danaraja
Awalnya syok banget, nggak nerima banget. Pertama, gue nggak mau di Jawa Tengah. Kedua, gue nggak bisa Bahasa Jawa. Ketiga, gue nggak tahu itu di mana, googling ‘Danaraja’ pun cuma sedikit banget info yang gue dapet. Keempat, gue juga nggak kenal satupun orang-orang di kelompok gue, cuma ada dua orang yang namanya familier karena dulu gue pernah punya foto sama database mahasiswa satu angkatan di jurusan mereka berdua itu di laptop gue, tapi itupun gue nggak bener-bener tau orang-orangnya. Kumpul kelompok pun gue merasa kaku banget, orangnya pada diem semua, padahal mah belum pada keluar aja keganasannya hahaha.
Di hari keberangkatan ke Tegal, gue masih nggak percaya gue sedang menuju 7 minggu yang entah bakal seperti apa sama orang-orang yang nggak gue kenal ini. Di bis gue duduk sama Nadia, temen sekelompok gue yang sebelumnya gue udah tahu namanya itu. Hampir 7 jam di bis, walaupun diselingin tidur, kami dikiit banget ngobrol, lebih banyak asik sendiri. Temen kelompok gue yang lain pun asik sama temennya.
Sarapan di bunderan depan
Kantor Pemerintahan Kabupaten Tegal
Penerimaan Mahasiswa KKP di Kantor Bapeda Tegal
Sampe di desanya, kami bertujuh ditempatkan di rumah salah satu warga yang masih saudara dari Bapak Sekretaris Desa Danaraja. Rumah Pak Sekdes (atau kami biasa panggil Pak Carik sesuai dengan istilah di sana) nggak jauh dari rumah yang kami tempati, sedangkan rumah Kepala Desanya sendiri lumayan jauh, beda pedukuhan. Oh iya desa ini dibagi jadi 4 pedukuhan, kaya dusun gitu mungkin ya. Rumah Mbah Saebah, rumah yang kami tempati itu, ada di Dukuh Karang Mangu, sedangkan rumah Pak Kades di Dukuh Randu, dukuh paling ujung deket desa lain tapi lebih deket ke kecamatan.
Balai Desa Danaraja
Sebelumnya gue pengen memperkenalkan temen-temen gue yang luar biasa ini dulu ya. Pertama, dari Fakultas Pertanian, ada Derry dari Departemen Proteksi Tanaman sama Yaomi dari Departemen Arsitektur Lanskap. Dari Fakultas Ekonomi dan Manajemen ada dua mahasiswa Departemen Ekonomi Sumber Daya dan Lingkungan yaitu Anjar sama Nadia. Terakhir dari fakultas gue sendiri, Fakultas Ekologi Manusia ada Erni dari Departemen Gizi Masyarakat, gue dari Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen, sama Lansa dari Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat. Awalnya mereka ini pada anteng-anteng, begitu malam pertama di desa terlewati, keluar semua beringasnya, terutama cewe-cewenya berhubung gue tidur sama mereka.
Us! Derry, Yaomi, Anjar, Nadia, Erni, gue, Lansa
Balik lagi ke cerita, pertama nyampe kantor kecamatan kami dijemput naik angkot ke desanya, langsung dianter ke rumah. Setelah ngobrol-ngobrol sedikit, kami ditunjukin kamar tempat kami tidur, kamar mandi, dapur, dan sebagainya. Kami yang perempuan kebagian kamar di rumah belakang. Rumah Mbah ini ada dua tapi dihubungkan sama tempat nyuci dan kandang ayam. Gue sih merasa Alhamdulillah sama keadaan rumahnya, toh emang nggak parah-parah amat, layak lah menurut gue. 
Eh nggak gue sangka ternyata begitu ditinggal berlima di belakang sama cewe-cewe mereka langsung pada pasang tampang bete haha. Mereka bilang rumahnya serem, gitu, gini. Gue yang biasa tidur di tenda dan udah sering liat daerah terpencil waktu gini secara langsung mungkin memang bisa ngerasa biasa aja. Apalagi setelah denger cerita temen-temen gue di kota lain, ada yang nggak dapet kasur lah atau malah yang lebih parah nggak dapet rumah.
•••
Minggu pertama, kami adaptasi dan mencoba menggali masalah serta potensi yang dimiliki sama Desa Danaraja ini. Kami sempat jalan-jalan ke bukit belakang rumah Mbah. Ih gue seneng banget itu, baru dua hari di sana udah ngebolang ke hutan, bisa kali ini tiap hari kayak begini hahaha. Sayangnya waktu itu Yaomi lagi sakit, jadi kami cuma berenam. Dan kejadian yang bikin heboh pertama terjadi, Nadia jatuh di jalan setapak di antara ilalang di atas bukit. Kami semua ketawa-tawa ngecengin Nadia. Bahkan Anjar yang gue pikir orangnya kalem tiba-tiba nyeletuk, “Eh lu ada yang lagi buka twitter nggak?” Pada jawab nggak, gue pikir dia bakal ngomong apa gitu. “Itu coba cek, ada gempa nggak di daerah Tegal, takutnya gara-gara Nadia jatuh jadi gempa.”  Hahaha langsung lah itu pada ketawa ngecengin Nadia lagi. Dan gue bener-bener punya first impression yang salah terhadap Anjar hahaha.
Ngebolang sedikit
Selain itu kami juga ikut pengajian (jamiahan) ibu-ibu, cewe-cewe bahkan ikut pengajian bapak-bapak satu kali. Tapi gue sama para perempuan protes sama Anjar yang merupakan koordinator desa kami, gue nggak tahan sama asap rokoknya, ampun dah. Gue nggak mau lagi ikut pengajian bapak-bapak, sedangkan yang lain nggak mau ikut pengajian sampe jam setengah 11 malem. Anjar meluluskan keinginan kami haha. Bahkan jamiahan bapak-bapak minggu kedua sampe jam setengah 12 malem dan pulangnya lewat kuburan yang membatasi Dukuh Karang Mangu sama Dukuh Danaraja haha eerie. Di jamiahan ibu-ibu, kami juga sekalian mencoba beberapa teknik partisipatori, tujuannya biar warga mencari potensi dan masalah di desanya ini bareng-bareng kami. 
Jamiahan ibu-ibu
Ada satu lagi hal yang buat kami inget terus sama Desa Danaraja, terutama buat para wanita hahaha. Di minggu pertama ini, dilanjut ke minggu kedua juga, kami berkunjung ke rumah-rumah perangkat desa, kelompok tani, sampe ke rumah Kepala Desa yang menjabat dua periode sebelum Kades yang sekarang. Pas kami dateng ke rumahnya, kami disambut sama lelaki seumuran kami kayaknya sih, nggak jauh lah umurnya, yang ternyata adalah anak sang Bapak Mantan Kades itu. Sejujurnya gue nggak liat mukanya dengan jelas karena pada saat itu gue ngga pake kacamata, tapi aura-auranya sih ganteng gitu hahaha. Gue, Nadia, sama Yaomi yang lagi joms itu langsung seger liat dia hahaha padahal mah sampe pulang pun gue ngga pernah dengan jelas ngeliat mukanya.
Minggu pertama ini juga kami adaptasi sama kehidupan di desa. Kalo ada kebutuhan yang harus dibeli, kami harus pergi ke Kecamatan Margasari, mau ke pasar kek, mau ke minimarket, fotokopi, dan lain-lainnya. Hari kedua di sana itu Erni sama Nadia langsung belanja ke kota, beli gantungan baju, keranjang buat baju, sapu, alat pel, sama jepitan jemuran. Besoknya Anjar sama Derry juga ke kecamatan buat fotokopi atau apa gitu. Nah, setelah enam hari di desa, cuma gue, Yaomi, sama Lansa yang belum pernah keluar desa. Sedih banget sumpah, ngerasa sumpek hahaha. Sempet tuh kita mau ke minimarket, tapi nggak jadi karena kesorean abis ada acara di madrasah gitu. Berhubung nggak jadi, gue, Yaomi sama Lansa maksa jalan-jalan. Kami berenam, minus Anjar, main sampe ke ujung dukuh sebelah, Dukuh Danaraja. Pas lagi di depan SDN Danaraja 01, tetiba ada yang teriak, gue lupa siapa, pokoknya bilang ke gue, “Nu, gunung tuh!” Gue refleks liat ke arah selatan, Subhanallaaaaah! Gunung Slamet lucu banget-nget-nget :3 Gue langsung terjongkok-jongkok saking terharunya liat Slamet hahaha.
Slamet :3
•••
Minggu kedua kami udah lumayan mengenali kondisi desa ini dan udah mulai merancang program apa yang akan kami jalankan sesuai profesi masing-masing. Dan gue semakin seneng berada di kelompok ini, temen-temen gue semuanya kooperatif, menyenangkan, dan nggak kaku, malah cewe-cewenya pada malu-maluin hahaha. Minggu kedua ini juga kami Lokakarya di kecamatan bareng dua kelompok di dua desa lain yang juga ditempatkan di Kecamatan Margasari. Kedua desa itu adalah Desa Jatilaba dan Desa Margaayu.
Lokakarya I
Gue sempet pundung pas lokakarya, kenapa? Hahaha sedih aja liat temen-temen sekelompok gue ketemu temen-temen sedepartemennya, sedangkan cuma gue satu-satunya mahasiswa IKK di Kecamatan Margasari, jadi cuma bisa duduk diam ngeliatin temen-temen gue cipika-cipiki, halo-haloan heboh, dan ngegosip sama temen satu departemennya :|
Pulang Lokakarya kami bertujuh sempet main ke salah satu dari dua mall yang ada di Tegal. Tadinya mau bareng-bareng sama temen-temen dari desa lain, tapi ternyata mereka pada punya acara lain di desanya. Jadi kami cuma bertujuh berangkat ke Kota Tegal, ke Pacific Mall. Sempet bingung naik kendaraan apa, dengan feeling Anjar yang emang orang Jawa Tengah *ga ada hubungannya juga padahal haha* kami naik semacam minibus gitu, kayak elf tapi versi butut dan lebih mirip bis. Kata temen-temen Margasari itu namanya bis tuyul hahaha. Di sana kami makan-makan sama foto-foto hahaha. 
'Ngota' sedikit
Foto studio dadakan
Di minggu ini juga kami sempet jalan-jalan ke Taman Wisata Air Panas Guci, diajak main sama salah satu kader posyandu, tapi cuma cewe-cewenya aja soalnya Anjar sama Derry nggak mau ikut.

Minggu kedua ini juga kami mulai sering rapat ngomongin semua program dan ada juga program yang udah mulai jalan, misalnya Posyandu sama Penyuluhan Ayo Melek Gizi juga pemetaan sawah. 
Posyandu
Abis nugas di Posyandu
Waktu pemetaan itu kami jalan-jalan keliling sawah, wiii asiiik lah hahaha. Main ke sawah bukan cuma liat dari pinggir doang tapi bener-bener jalan di petak-petaknya, ikutan nyangkul, ikutan mukul-mukul batang padi. Kebetulan pas itu lagi musim panen, jadi kebanyakan petani lagi pada panen. Kami main ke sawah dua kali.
Nyobain mukul-mukul padi
Anjar pengen banget difoto -___-
Dan terjadi lagi peristiwa yang heboh, ada yang jatoh lagi. Korban kedua yang jatuh adalah gue! Hahaha. Gue jatuh di sungai waktu mau ambil foto self-timer bertujuh, kebetulan kan pake kamera gue, pas gue lari nyamperin mereka di dalem sungai yang cuma setinggi mata kaki itu, eh gue kepeleset di lumut, jatoh deh hahaha. Temen-temen gue bilangnya sih, “Wajar lah Nunu jatoh di sungai, kan dia anak gunung. Nadia juga nggak aneh kalo jatoh di gunung, kan dia bukan anak gunung.” Okelah hahaha. 
Nyawah lagi, pengen difoto lagi -___-
Tapi yang lucu itu besoknya gue, Yaomi, Anjar, sama Derry ke sawah lagi. Lalu Yaomi pun jatoh di sawah hahaha padahal kan Yaomi Faperta gitu, kan harusnya udah biasa gitu main ke sawah, jadi kalo jatoh aneh haha, padahal mah nggak gitu juga. Sehari-hari kerjaan kami kebanyakan itu emang ngecengin satu sama lain hahaha yaa selain mikirin dan ngejalanin program tentunya.

0 comments:

@nunnurul. Powered by Blogger.