Sunday, April 25, 2010

Selintas

Tadi malem gua balik dari kampus dijemput bapa gua naik motor. Dari kemaren-kemaren orang-orang sering bilang kalo langitnya cerah, bulannya terang, dan banyak bintang. Tapi gua ga pernah keluar kalo malem, kalo lagi di asrama memang males keluar, kalo di rumah pasti ngerjain tugas, pokonya ga pernah keluar. Nah tadi malem akhirnya gua liat juga kecerahan malam yang disebut-sebut semua orang itu. Iya sih, bintangnya lumayan ada beberapa, walaupun ga sebanyak waktu di puncak Salak atau lapangan Gas. Terus bulannya lagi bulan benjol, terang sih. Terus ya cerah, awan aja masih bisa dibedain sama langit.
Dua kali menengadah ke atas gua masih menikmati keindahan malam itu, blah. Tapi kali ketiga gua liat ke atas, mulai ada yang mengusik pikiran gua. “keindahan yang ga biasa dan mencurigakan” itu pikiran gua. Bukannya su’udzon, curiga-curiga segala. Tapi kadang emang kaya gitu. Jadi maksud dari pikiran gua adalah, ada udang dibalik batu, heheh, masih aja gua berkonotasi.
Jadi gini, seperti yang kita rasain sama seseorang, kalo ada orang yang tiba-tiba baik banget sama kita, biasanya suka ada maunya, tapi kadang-kandang sih, tapi sering juga, haha. Nah pikiran gua tuh ada ke situnya, tapi bukan berarti si malem ada maunya. Sebelumnya gua mau bilang, ini cuma pemikiran pendek gua aja, selintas doang. Gua cuma berpikir takutnya, mudah-mudahan mah bukan ya, dengan alam menunjukkan kecantikannya, keindahannya, bakal ada, entah, mungkin musibah. Tapi gua berharap kali ini ga kaya gitu, siapa juga yang mau kena musibah? No one.
Gua mikir kaya gini ngeliat dari Gunung Salak (maaf mungkin Anda bosan mendengar saya membahas gunung itu lagi, hehe). Waktu rutinnya gua dan teman-teman gua naik gunung itu, adalah akhir tahun, sekitar bulan Desember akhir. Sekitar bulan-bulan itu, biasanya dari Kota Bogor ini, pagi-pagi, Salak keliatan, jelas banget, sampe lekuk-lekuk punggungan atau lembahnya. Malah kalo pake teleskop bisa keliatan jelas pohon-pohonnya mungkin. Tapi pas kita menjelajah ke dalemnya, waduh, menyeramkan banget. Ujan tiap hari, belum angin, mungkin badai, atau kadar belerangnya tinggi, dan sebagainya lah. Belum lagi gunung itu nelan korban, ada yang tersesat terus ilang, atau pesawat jatuh di atas gunungnya. Jadi di balik keindahannya itu, ada macem-macem ‘hadiah’ yang menyeramkan.
Nah, pemikiran gua dengan melihat keindahan malem akhir-akhir ini jadi ke situ, huhu. Tapi ya Allah, mudah-mudahan ga ada musibah lagi, uda cukup, uda banyak. Dari yang di Indonesia, sampe yang di Haiti, Islandia, sama yang lainnya lah.
Sekali lagi gua bilang, gua bikin tulisan ini ga berdasarkan pengamatan yang serius, cuma pikiran selintas doang, jadi ga ada maksud untuk apa-apa, cuma mengingatkan. We’ll never know what will happen next, right? Semoga kita selalu di dalam lindungan-Nya ya. Amin.

Thursday, April 22, 2010

Senior High School

teman yang terhanyut arus waktu
mekar mendewasa
masih kusimpan suara tawa kita
kembalilah sahabat lawasku
semarakkan keheningan lubuk

hingga masih bisa kurangkul kalian
sosok yang mengaliri cawan hidupku
bilakah kita menangis bersama
tegar melawan tempaan
semangatmu itu..

Lembayung Bali - Saras Dewi


miss my senior high school fellas. kalo denger lagu itu, entah kenapa inget mereka semua, terutama 4 sahabat yang selalu setia nemenin gua ke mana-mana. kangeeeeen :( semoga gua ga akan pernah kehilangan mereka semua.
In this post : Resty Gustianingsih, Nabila Nurjanida, Edward Santoso Muchlis, Ratu Indah Amanah and the others, Nurhasanah Apriliyanti, Desrina Dewi Respati, Nisa Rizki Poerwitasari, Tria Agustina, all CELTIC family, some of OSIS 5 07/08.

Friday, April 16, 2010

Contravention

Gua dapet mata kuliah Sosiologi Umum semester ini. Di pertemuan pertama, salah satu subbabnya ngebahas soal pandangan obyektif dan subyektif. Pandangan obyektif atau kuantitatif, yang dipeloporin sama Emile Durkheim, melihat suatu fakta sosial dijelaskan dalam kaitan dengan fakta sosial lain, dapat diukur dan dinyatakan sebagai suatu rate (bilangan). Pandangan subyektif atau kualitatif, yang dipelopori oleh Max Weber, melihat fakta sosial menurut motif-motif subyektif pelaku tindakan sosial. Gampangnya, menurut pemahaman gua, obyektif itu ngeliat suatu tindakan sosial dari sudut 'IPA' atau ngeliat, istilahnya, 'yang seharusnya begitu', sedangkan subyektif ngeliat suatu tindakan sosial dari sudut 'IPS' atau istilahnya 'wajar ko kaya begini, karena ada sebabnya'. Mudah-mudahan nyampe maksudnya dan ga salah. Oh iya, tindakan sosial itu sendiri adalah cara seseorang membuat kehidupan sosialnya menjadi seperti yang diinginkannya.
Inti yang mau gua ceritain adalah, I'm having a contravention right now. Mungkin gua dianggap memihak satu sisi. But I am not.
Menurut gua, fakta sosial yang menjadi akar dari kontravensi ini, kalo diliat dari sudut pandang obyektif, itu salah. Gua netral, gua cuma di sisi yang memang benar aja.
Kalo ngeliat dari sudut pandang obyektif, itu salah karena tidak 'seharusnya begitu'. Nah, bisa aja gua berpandangan subyektif, karena menurut gua 'wajar kaya begini, emang udah dari dulu begitu'.
Tapi gua memandang fakta sosial ini dari sudut pandang obyektif.
Gua ga mau nyari ribut, atau ngumbar penolakan dibilang memihak, dari dulu ga suka yang kaya begitu, bikin cape sendiri ke guanya.
Mohon maaf kalo curhatan gua rada tersirat, soalnya sekali lagi, tanpa ada maksud sama sekali untuk menyindir atau apa, gua ga mau nyari ribut. Gua cuma ingin menulis dan menjelaskan.
@nunnurul. Powered by Blogger.