Saturday, October 20, 2012

Cerita KKP Desa Danaraja Part 1

Sepertinya gue belum pernah dengan jelas menceritakan pengalaman-pengalaman dan cerita selama gue KKP ya, keburu heboh sama Semeru hehe. Ditambah lagi, proses penulisannya saingan sama tugas-tugas yang bejibun. Yah, pokoknya inilah cerita KKP gue yang bisa gua ceritakan.
Jadi, mahasiswa semester 6 di jurusan gue diwajibkan untuk mengambil mata kuliah yang namanya Kuliah Kerja Profesi atau KKP. Untuk pelaksanaannya, digabung sama mahasiswa dari Fakultas lain. KKP ini nggak beda jauh sama KKN, bedanya kalau KKN kan, mahasiswa mengabdi pada masyarakat berdasarkan apa yang dibutuhkan masyarakat. KKP kurang lebih sama, bedanya mahasiswa mempraktikan ilmu yang mereka miliki masing-masing sesuai profesi bidang ilmunya itu. KKP ini berlangsung dari tanggal 26 Juni sampai kami pulang tanggal 9 Agustus, kurang lebih tujuh minggu.
Awalnya gue pengen banget ditempatin di Kalimantan, soalnya pengen banget menginjak tanah Borneo. Sayangnya seperti yang pernah gue curhat-kan di halaman ini, gue ngga dapet apa yang gue inginkan, gue dapetnya di Kabupaten Tegal, Kecamatan Margasari, Desa Danaraja.
Peta Kecamatan Margasari
yang ada di Balai Desa Danaraja.
yang gue lingkari itu Danaraja
Awalnya syok banget, nggak nerima banget. Pertama, gue nggak mau di Jawa Tengah. Kedua, gue nggak bisa Bahasa Jawa. Ketiga, gue nggak tahu itu di mana, googling ‘Danaraja’ pun cuma sedikit banget info yang gue dapet. Keempat, gue juga nggak kenal satupun orang-orang di kelompok gue, cuma ada dua orang yang namanya familier karena dulu gue pernah punya foto sama database mahasiswa satu angkatan di jurusan mereka berdua itu di laptop gue, tapi itupun gue nggak bener-bener tau orang-orangnya. Kumpul kelompok pun gue merasa kaku banget, orangnya pada diem semua, padahal mah belum pada keluar aja keganasannya hahaha.
Di hari keberangkatan ke Tegal, gue masih nggak percaya gue sedang menuju 7 minggu yang entah bakal seperti apa sama orang-orang yang nggak gue kenal ini. Di bis gue duduk sama Nadia, temen sekelompok gue yang sebelumnya gue udah tahu namanya itu. Hampir 7 jam di bis, walaupun diselingin tidur, kami dikiit banget ngobrol, lebih banyak asik sendiri. Temen kelompok gue yang lain pun asik sama temennya.
Sarapan di bunderan depan
Kantor Pemerintahan Kabupaten Tegal
Penerimaan Mahasiswa KKP di Kantor Bapeda Tegal
Sampe di desanya, kami bertujuh ditempatkan di rumah salah satu warga yang masih saudara dari Bapak Sekretaris Desa Danaraja. Rumah Pak Sekdes (atau kami biasa panggil Pak Carik sesuai dengan istilah di sana) nggak jauh dari rumah yang kami tempati, sedangkan rumah Kepala Desanya sendiri lumayan jauh, beda pedukuhan. Oh iya desa ini dibagi jadi 4 pedukuhan, kaya dusun gitu mungkin ya. Rumah Mbah Saebah, rumah yang kami tempati itu, ada di Dukuh Karang Mangu, sedangkan rumah Pak Kades di Dukuh Randu, dukuh paling ujung deket desa lain tapi lebih deket ke kecamatan.
Balai Desa Danaraja
Sebelumnya gue pengen memperkenalkan temen-temen gue yang luar biasa ini dulu ya. Pertama, dari Fakultas Pertanian, ada Derry dari Departemen Proteksi Tanaman sama Yaomi dari Departemen Arsitektur Lanskap. Dari Fakultas Ekonomi dan Manajemen ada dua mahasiswa Departemen Ekonomi Sumber Daya dan Lingkungan yaitu Anjar sama Nadia. Terakhir dari fakultas gue sendiri, Fakultas Ekologi Manusia ada Erni dari Departemen Gizi Masyarakat, gue dari Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen, sama Lansa dari Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat. Awalnya mereka ini pada anteng-anteng, begitu malam pertama di desa terlewati, keluar semua beringasnya, terutama cewe-cewenya berhubung gue tidur sama mereka.
Us! Derry, Yaomi, Anjar, Nadia, Erni, gue, Lansa
Balik lagi ke cerita, pertama nyampe kantor kecamatan kami dijemput naik angkot ke desanya, langsung dianter ke rumah. Setelah ngobrol-ngobrol sedikit, kami ditunjukin kamar tempat kami tidur, kamar mandi, dapur, dan sebagainya. Kami yang perempuan kebagian kamar di rumah belakang. Rumah Mbah ini ada dua tapi dihubungkan sama tempat nyuci dan kandang ayam. Gue sih merasa Alhamdulillah sama keadaan rumahnya, toh emang nggak parah-parah amat, layak lah menurut gue. 
Eh nggak gue sangka ternyata begitu ditinggal berlima di belakang sama cewe-cewe mereka langsung pada pasang tampang bete haha. Mereka bilang rumahnya serem, gitu, gini. Gue yang biasa tidur di tenda dan udah sering liat daerah terpencil waktu gini secara langsung mungkin memang bisa ngerasa biasa aja. Apalagi setelah denger cerita temen-temen gue di kota lain, ada yang nggak dapet kasur lah atau malah yang lebih parah nggak dapet rumah.
•••
Minggu pertama, kami adaptasi dan mencoba menggali masalah serta potensi yang dimiliki sama Desa Danaraja ini. Kami sempat jalan-jalan ke bukit belakang rumah Mbah. Ih gue seneng banget itu, baru dua hari di sana udah ngebolang ke hutan, bisa kali ini tiap hari kayak begini hahaha. Sayangnya waktu itu Yaomi lagi sakit, jadi kami cuma berenam. Dan kejadian yang bikin heboh pertama terjadi, Nadia jatuh di jalan setapak di antara ilalang di atas bukit. Kami semua ketawa-tawa ngecengin Nadia. Bahkan Anjar yang gue pikir orangnya kalem tiba-tiba nyeletuk, “Eh lu ada yang lagi buka twitter nggak?” Pada jawab nggak, gue pikir dia bakal ngomong apa gitu. “Itu coba cek, ada gempa nggak di daerah Tegal, takutnya gara-gara Nadia jatuh jadi gempa.”  Hahaha langsung lah itu pada ketawa ngecengin Nadia lagi. Dan gue bener-bener punya first impression yang salah terhadap Anjar hahaha.
Ngebolang sedikit
Selain itu kami juga ikut pengajian (jamiahan) ibu-ibu, cewe-cewe bahkan ikut pengajian bapak-bapak satu kali. Tapi gue sama para perempuan protes sama Anjar yang merupakan koordinator desa kami, gue nggak tahan sama asap rokoknya, ampun dah. Gue nggak mau lagi ikut pengajian bapak-bapak, sedangkan yang lain nggak mau ikut pengajian sampe jam setengah 11 malem. Anjar meluluskan keinginan kami haha. Bahkan jamiahan bapak-bapak minggu kedua sampe jam setengah 12 malem dan pulangnya lewat kuburan yang membatasi Dukuh Karang Mangu sama Dukuh Danaraja haha eerie. Di jamiahan ibu-ibu, kami juga sekalian mencoba beberapa teknik partisipatori, tujuannya biar warga mencari potensi dan masalah di desanya ini bareng-bareng kami. 
Jamiahan ibu-ibu
Ada satu lagi hal yang buat kami inget terus sama Desa Danaraja, terutama buat para wanita hahaha. Di minggu pertama ini, dilanjut ke minggu kedua juga, kami berkunjung ke rumah-rumah perangkat desa, kelompok tani, sampe ke rumah Kepala Desa yang menjabat dua periode sebelum Kades yang sekarang. Pas kami dateng ke rumahnya, kami disambut sama lelaki seumuran kami kayaknya sih, nggak jauh lah umurnya, yang ternyata adalah anak sang Bapak Mantan Kades itu. Sejujurnya gue nggak liat mukanya dengan jelas karena pada saat itu gue ngga pake kacamata, tapi aura-auranya sih ganteng gitu hahaha. Gue, Nadia, sama Yaomi yang lagi joms itu langsung seger liat dia hahaha padahal mah sampe pulang pun gue ngga pernah dengan jelas ngeliat mukanya.
Minggu pertama ini juga kami adaptasi sama kehidupan di desa. Kalo ada kebutuhan yang harus dibeli, kami harus pergi ke Kecamatan Margasari, mau ke pasar kek, mau ke minimarket, fotokopi, dan lain-lainnya. Hari kedua di sana itu Erni sama Nadia langsung belanja ke kota, beli gantungan baju, keranjang buat baju, sapu, alat pel, sama jepitan jemuran. Besoknya Anjar sama Derry juga ke kecamatan buat fotokopi atau apa gitu. Nah, setelah enam hari di desa, cuma gue, Yaomi, sama Lansa yang belum pernah keluar desa. Sedih banget sumpah, ngerasa sumpek hahaha. Sempet tuh kita mau ke minimarket, tapi nggak jadi karena kesorean abis ada acara di madrasah gitu. Berhubung nggak jadi, gue, Yaomi sama Lansa maksa jalan-jalan. Kami berenam, minus Anjar, main sampe ke ujung dukuh sebelah, Dukuh Danaraja. Pas lagi di depan SDN Danaraja 01, tetiba ada yang teriak, gue lupa siapa, pokoknya bilang ke gue, “Nu, gunung tuh!” Gue refleks liat ke arah selatan, Subhanallaaaaah! Gunung Slamet lucu banget-nget-nget :3 Gue langsung terjongkok-jongkok saking terharunya liat Slamet hahaha.
Slamet :3
•••
Minggu kedua kami udah lumayan mengenali kondisi desa ini dan udah mulai merancang program apa yang akan kami jalankan sesuai profesi masing-masing. Dan gue semakin seneng berada di kelompok ini, temen-temen gue semuanya kooperatif, menyenangkan, dan nggak kaku, malah cewe-cewenya pada malu-maluin hahaha. Minggu kedua ini juga kami Lokakarya di kecamatan bareng dua kelompok di dua desa lain yang juga ditempatkan di Kecamatan Margasari. Kedua desa itu adalah Desa Jatilaba dan Desa Margaayu.
Lokakarya I
Gue sempet pundung pas lokakarya, kenapa? Hahaha sedih aja liat temen-temen sekelompok gue ketemu temen-temen sedepartemennya, sedangkan cuma gue satu-satunya mahasiswa IKK di Kecamatan Margasari, jadi cuma bisa duduk diam ngeliatin temen-temen gue cipika-cipiki, halo-haloan heboh, dan ngegosip sama temen satu departemennya :|
Pulang Lokakarya kami bertujuh sempet main ke salah satu dari dua mall yang ada di Tegal. Tadinya mau bareng-bareng sama temen-temen dari desa lain, tapi ternyata mereka pada punya acara lain di desanya. Jadi kami cuma bertujuh berangkat ke Kota Tegal, ke Pacific Mall. Sempet bingung naik kendaraan apa, dengan feeling Anjar yang emang orang Jawa Tengah *ga ada hubungannya juga padahal haha* kami naik semacam minibus gitu, kayak elf tapi versi butut dan lebih mirip bis. Kata temen-temen Margasari itu namanya bis tuyul hahaha. Di sana kami makan-makan sama foto-foto hahaha. 
'Ngota' sedikit
Foto studio dadakan
Di minggu ini juga kami sempet jalan-jalan ke Taman Wisata Air Panas Guci, diajak main sama salah satu kader posyandu, tapi cuma cewe-cewenya aja soalnya Anjar sama Derry nggak mau ikut.

Minggu kedua ini juga kami mulai sering rapat ngomongin semua program dan ada juga program yang udah mulai jalan, misalnya Posyandu sama Penyuluhan Ayo Melek Gizi juga pemetaan sawah. 
Posyandu
Abis nugas di Posyandu
Waktu pemetaan itu kami jalan-jalan keliling sawah, wiii asiiik lah hahaha. Main ke sawah bukan cuma liat dari pinggir doang tapi bener-bener jalan di petak-petaknya, ikutan nyangkul, ikutan mukul-mukul batang padi. Kebetulan pas itu lagi musim panen, jadi kebanyakan petani lagi pada panen. Kami main ke sawah dua kali.
Nyobain mukul-mukul padi
Anjar pengen banget difoto -___-
Dan terjadi lagi peristiwa yang heboh, ada yang jatoh lagi. Korban kedua yang jatuh adalah gue! Hahaha. Gue jatuh di sungai waktu mau ambil foto self-timer bertujuh, kebetulan kan pake kamera gue, pas gue lari nyamperin mereka di dalem sungai yang cuma setinggi mata kaki itu, eh gue kepeleset di lumut, jatoh deh hahaha. Temen-temen gue bilangnya sih, “Wajar lah Nunu jatoh di sungai, kan dia anak gunung. Nadia juga nggak aneh kalo jatoh di gunung, kan dia bukan anak gunung.” Okelah hahaha. 
Nyawah lagi, pengen difoto lagi -___-
Tapi yang lucu itu besoknya gue, Yaomi, Anjar, sama Derry ke sawah lagi. Lalu Yaomi pun jatoh di sawah hahaha padahal kan Yaomi Faperta gitu, kan harusnya udah biasa gitu main ke sawah, jadi kalo jatoh aneh haha, padahal mah nggak gitu juga. Sehari-hari kerjaan kami kebanyakan itu emang ngecengin satu sama lain hahaha yaa selain mikirin dan ngejalanin program tentunya.

Cerita KKP Desa Danaraja Part 2

Awal minggu ketiga gue sempet ngerasa homesick, dan mulai bosen ke posyandu hahaha. Posyandu di desa ini dilaksanakan sebanyak 5 kali di awal bulan. Di posyandu terakhir di bulan itu – bulan Juli, kami menemukan balita yang umurnya 1,5 tahun tapi beratnya cuma 7 kg. Nah loh kebayang ngga kecilnya kayak apa. Beres posyandu hari itu, kami main ke rumahnya si balita, dia cuma tinggal berdua sama ibunya, rumahnya dekil banget, dindingnya sih dari batako, atapnya juga genteng, tapi lantainya tanah. Yah cukup memprihatinkan sih. Di sebelah rumah mereka ada rumah kakaknya si ibunya, rumahnya lebih sederhana lagi, dindingnya dari bilik. Si kakaknya ini punya balita juga umurnya 1,5 tahun-an juga, namanya Farrel, dan dia lucu sekali ya ampun, ganteng, gembil, matanya belo, pokoknya Farrel menggemaskan banget lah ih :3 Sayang gue ngga sempet foto dia :(
Berasa sales padahal lagi Posyandu
Minggu ini kami mulai merencanakan pelaksanaan program terdekat dan yang lumayan repot. Minggu depan kami rencanaya mau mengadakan pelatihan pembuatan pestisida nabati gitu. Kami latihan dulu bikin pestisidanya. Ada yang dari terasi campur gula merah, bau lumayan. Tapi yang baunya lebih dahsyat lagi itu bau rendeman daun pepaya, astaga banget itu mah baunya dah. Kaya bau pup -___- Bau rendeman gadung – semacam umbi gitu – juga bau, tapi nggak ada yang ngalahin baunya daun pepaya. Begonya gue, mau aja nyium baunya. Kan Anjar bilang ‘bau-bau’ mulu, gue penasaran kan emang baunya teh kayak apa sih gitu. Kata Anjar, “Coba aja lu cium tuh dari embernya.” Akibat rasa penasaran yang begitu tinggi, gue hirup lah udara yang menguar dari ember berisi rendeman daun pepaya, dan inalillahi, bau banget. Anjar sama Derry ketawa-tawa aja liat gue dengan begonya nyium bau pepaya -___-

Minggu ini selain nyiapin pelatihan pestisida, kami sempet main ke dua SD, ketemu sama siapapun yang ada di sana, karena sekolah kan masih liburan, terus kami juga main ke PAUD di sana. Dua orang dari kami, yaitu Yaomi sama Derry juga sempet ikut kegiatan SL-PHT di Desa Jatilaba. Pulang-pulang Yaomi cerita kalau rumah temen-temen Jatilaba bagus hahaha dan mereka bawa es krim! Kami makan es rame-rame di rumah belakang.
SDN Danaraja 01

Akhir minggu ketiga ditutup dengan arisan kader dan ulang tahun Derry. Kader di Desa Danaraja ibu-ibu semua, soalnya rata-rata emang kader Posyandu. Dua dari mereka juga merupakan pengajar di PAUD. Kami diundang ke arisan kader ini, sekalian mengadakan latihan penyuluhan juga buat para kader. Bahannya pake flipchart Ayo Melek Gizi dari Sari Husada, mereka diminta nyoba memeragakan penyuluhan gitu. Lucu juga gue nontongnya, ada ibu yang bacanya nyipit-nyipitin mata, ada yang cara ngomongnya lucu. Bubar arisan, kami lanjut nyiapin buat pelatihan pestisida dan merancang surprise buat Derry. 
Salah satu kader lagi latihan penyuluhan
Balik ke rumah kami foto buat bikin ucapan Happy Birthday di sawah belakang rumah Mbah. Itu heboh banget karena anginnya heboh, mau foto harus nungguin angin kalem dulu. Terus kertas ucapannya sempet jatoh ke lumpur, ah rempong lah. Malemnya rapat kelompok sekalian ngerjain gitu ceritanya. Eh gagal total. Pokoknya ujungnya kami makan kue bareng-bareng lah hahaha. Kebetulan beberapa hari sebelum itu, Mbah juga ulang taun.

•••

Minggu keempat, kegiatan kami mulai padat. Kotak-kotak timeline yang kami pasang di dinding rumah juga penuh minggu itu. Hari Senin, SD dan PAUD mulai masuk sekolah, kami bagi-bagi tugas ada yang ke SDN Danaraja 01 dan SDN Danaraja 02 buat ijin ke kepala sekolahnya. Ada juga yang nganter balita yang berat badannya BGM (bawah garis merah) itu ke puskesmas di Kecamatan. Ada yang bantuin Posyandu Lansia. Ada yang ikut pertemuan di Balai Desa. Pokoknya hari itu ngider kemana-mana ditambah sorenya kami hadir lagi di pengajian terakhir sebelum Bulan Ramadhan, karena di bulan Ramadhan nggak ada pengajian rutin ini. Kami juga briefing buat kegiatan hari berikutnya yang nggak kalah padat.

Program kami minggu ini itu PHBS dan PUGS sama pendidikan lingkungan di SD ditambah pelatihan pembuatan pestisida nabati itu. PHBS sama pelatihan pestisida dilaksanakan di hari yang sama, super riweuh deh hari itu. Paginya kami ke SDN Danaraja 01 buat penyuluhan PHBS dan pendidikan lingkungan sama penanaman pohon, nggak semuanya ikut, sebagian nyiapin pelatihan pestisida di rumah. Jam 2 siang kami udah stand by di Balai Desa buat pelatihan pembuatan pestisida nabati. Sayang banget pemilihan waktu kami kurang tepat, warga masih banyak yang di sawah, jadi warga yang dateng cuma sedikit. Besoknya kami penyuluhan PUGS di SDN Danaraja 02 dan pendidikan lingkungan sama penanaman pohon juga. Yasalam banget deh anak-anak kelas 3 di SD 2 ini, hiperaktif semua, kami pusing banget lah itu mah ngadepinnya. Padahal kami kira anak-anak di SD 1 itu pada susah diatur, tapi yang ini jauuuuuh lebih parah. Emosi parah gue, jadi gue lebih banyak diem daripada makin ‘fire’ hahaha.
Penyuluhan PHBS
Penyuluhan PUGS
Adopt trees
Pelatihan pembuatan pestisida nabati
Tiga program beres sekaligus dalam dua hari itu. Sisa minggu itu kami belanja buat keperluan program berikutnya, yaitu plang tanaman, terus siap-siap menyambut bulan puasa juga. Kami bertujuh ke daerah sekitaran kecamatan, beli botol bekas ke tukang loak, beli seng, beli cat sama kuas, dan tentunya beli cemilan buat malem-malem karena kami para peremuan selalu ngemil day and night hahaha. Kami juga mulai ngecat buat plang-plang tanaman. Plang-plang tanaman ini rencananya mau kami pasang di SD, buat sarana edukasi untuk anak-anak SD.
Hari Jumat malam kami Shalat Tarawih pertama :’) Nggak kerasa udah mulai puasa. Ini perdana gue puasa pertama nggak di rumah. Gue sama Lansa kebetulan lagi libur shalat, jadi nggak ikut Tarawih dan nggak ikut sahur besok paginya hahaha. Denger cerita yang pulang tarawih pertama seruu banget. Katanya shalatnya 23 rakaat, terus pas bagian tarawihnya cepet banget, terus katanya bilang ‘aamiin’nya heboh banget. Gue semacam dipersiapkan untuk tidak kaget karena besoknya gue ikut puasa dan tarawih. Untungnya gue cuma kena libur puasa satu hari, Lansa masih, tapi Erni menggantikan gue haha.
Gue ikut tarawih malem kedua, dan yak gue geli banget pas lagi shalat tarawihnya. Kalo 23 rakaat dan ngebut sih emang biasa, tapi teriakan ‘AMIN!’ nya itu dahsyat banget, kayak orang teriak ‘WOY!’ hahaha. Gue nggak kuat banget itu pengen ketawa pas shalat hahaha -___- Hari Minggu kami buka puasa bersama di Desa Jatilaba sama temen-temen yang KKP di Kecamatan Margasari. Rencana ini udah ada dari jaman Lokakarya I di kecamatan dulu itu. Temen-temen di Margaayu kebagian minggu kedua, Geng Danaraja kebagian minggu ketiga. Pulang buka bersama, kami bertujuh shalat Tarawih jamaahan di rumah belakang.
Buka puasa bersama di Jatilaba
•••
Minggu kelima sekaligus minggu kedua puasa, kami fokus ke ngurusin pengajuan perawatan buat balita yang nampaknya mengalami masalah perkembangan dan pertumbuhan itu. Dampak dari pertumbuhan yang bermasalah dan kurang asupan gizi juga kayaknya, berpengaruh ke perkembangannya. Kami coba mencarikan Jamkesda untuk meringankan biaya perawatan balita itu. Tanya ke Pak Kades, Pak Carik, ke Bapak-bapak Ketua RT, akhirnya dapet dari Pak RT kami sendiri, rumahnya cuma berjarak dua rumah dari rumah Mbah.
Setelah dapet Jamkesda, kami siapin semua berkas, dari mulai persetujuan orang tua, surat keterangan domisili, meriksa keberadaan kartu keluarga, dan sederet proses lainnya. Bolak-balik ke kecamatan, ke Dinkes, ke puskesmas. Kami juga minta persetujuan keluarganya biar si anak ini diperbolehkan dirawat di rumah sakit kalau memang kami berhasil ngurusinnya.
Selain itu, kami juga mempersiapkan dua program terakhir kami, yaitu plang sama pendampingan PAUD. Program plang kami ini ada dua jenis, ada plang nama tanaman sama plang gang dan jalan. Semua plang ini bener-bener pure hasil karya kami hahaha. Dari mulai beli alat dan bahan – seng, kuas, kayu, papan kayu, cat – ngecat seng untuk plang tanaman, ngecat kayu untuk tiang sama papan nama gang dan jalan, nulisin plang tanaman dan gang-jalannya, sampe masang di lokasi yang udah kami tentuin.
Ngecat tiang
Pertengahan minggu, kami main ke PAUD untuk ngajar dan terutama gue ngasih referensi dan saran-saran buat pembuatan SKH (satuan kegiatan harian) sama SKM (satuan kegiatan mingguan). Pas lagi ngajar, gue dampingin gurunya nyanyi-nyanyi. Salah satunya nyanyiin lagu berhitung gitu kan, dari 1 sampe 20. Pertama pake Bahasa Indonesia, terus pake Bahasa Inggris, terakhir pake Bahasa Jawa, matilaah hahaha. Gue cuma bisa mangap-mangap sambil tepuk tangan hahaha. Gue cuma tau pitu (tujuh) sama pitulas (tujuh belas)-nya doang hehe.
Pemberian referensi pengajaran
Di minggu ini, kami mulai nulis nama tanaman yang sebelumnya udah disurvei sama Yaomi. Yang kebagian tugas nulis nama tanaman kebetulan cewe-cewe, soalnya pas itu para cowo lagi ke Dinkes. Ternyata nulis pake kuas dan cat itu nggak semudah yang gue bayangkan. Tulisan gue dibilang font chiller’ sama orang-orang karena tulisan gue kurus dan agak mistis -___-
Hasil karya kami
Hari Minggu pagi kami sempet diajak Putri, cucunya Mbah, jalan-jalan ke Balong. Kata Putri banyak ikan gede-gede di sana. Yaudah berangkat tuh pagi-pagi jam 6an, meskipun cewe-cewe sempet pada tidur dulu abis sahur.
Oh iya, satu hal lagi, para perempuan ini kebluk sekali pemirsa! Hahaha. Setiap bangun sahur, selalu gue yang paling duluan bangun, Lansa atau Erni pernah sih sekali bangun duluan, tapi sisanya selalu gue yang bangun duluan. Gue lambaikan bendera putih tinggi-tinggi deh kalo udah disuruh bangunin para chibi Danaraja ini mah hahaha. Biasanya solusi yang gue jalani adalah, gue ke rumah depan duluan buat nyamperin Anjar sama Derry, terus gue minta Anjar telepon dan bangunin mereka hahaha. Malah Anjar sama Derry kadang-kadang masih pada tidur juga kalo gue ke depan -___- Pernah suatu kali kami baru tidur jam 2-an, abis nonton film di tv rame-rame, akibatnya sampe jam 4 lewat masih pada pules tidur. Gue udah bangun, tapi ngantuk jadi tiduran di kamar, males ke depan. Terus Putri bangunin kami sambil marah-marah, “Mbak mau pada sahur nggak sih? Udah jam 4 lewat ih. Liat aja kalo nggak percaya.” Gue akhirnya keluar, disusul Erni, hampir nggak makan nasi, tapi akhirnya makan nasi walaupun sampe mau adzan Subuh masih pada makan hahaha.
Nah, balik lagi ke cerita perjalanan ke Balong. Kata Putri sih lumayan jauh, tapi nggak jauh-jauh amat. Kami berangkat berlima, gue, Yaomi, Erni, Lansa sama Putri. Kami jalan menyusuri Dukuh Langgir yang berada di paling ujung dari Desa Danaraja terus sampe wilayah sawahnya. Udah lewat sawah, kami mulai pada cape, soalnya sawahnya kan luaaas sekali. Nanya ke Putri masih jauh apa nggak, eh Putrinya lupa masih jauh apa nggak -___- Kami terus aja jalan, sampe nemuin segunung gabah, terus baca alamat di mesjid. Desa Cenggini, Kecamatan Balapulang. Eh kok udah Cenggini aja? Desa Cenggini ini emang berbatasan sama Desa Danaraja, tapi kami kira Balongnya masih di Danaraja.
Segunung gabah
Semuanya udah pada rewel masih jauh apa nggak, nanya ke warga di sekitar situ, “Oh iya, terus aja Mbak udah deket ko, ngikutin jalan aja.” Gue sebenernya cape juga, tapi naluri demen jalan kaki gue lagi bergelora, jadi gue seneng-seneng aja haha. Kami jalan lagi, nemuin rumah yang lumayan mewah kalo menurut kami. Sampe kami ketemu sama dua ekor hewan yang sangat menyeramkan. Kalkun. Itu kalkun entah lagi kenapa, tapi serem banget, sayapnya pada ngembang terus bunyi-bunyi kaya angsa kalo lagi marah. Kami takut banget mau lewat, akhirnya minta temenin jalan sama ibu-ibu yang kebetulan lewat situ, hahaha malu-maluin.
Ini dua tersangkanya
Jam setengah 8 kami sampe di Balong terus foto-foto. Ternyata emang jauh kan ya, sejam setengah loh jalan kaki hahaha. Putri senyum-senyum aja disorakin sama kami, lagian pake lupa segala hahaha. Di kolamnya emang ada ikan gede-gede, kayak ikan arwana gitu sih. Sempet bikin video sulap juga, idenya Yaomi haha. Ini videonya hahaha.
Pulangnya naik angkotnya Pak Giman, salah satu warga Danaraja yang memang kami kenal dan angkotnya sering kami carter kalo kami mau pergi bareng-bareng keluar desa. Siangnya, gue sama Derry nyempetin nyari rumahnya temen-temen Margaayu, soalnya dari kami belum pernah ada yang ke sana. Sorenya kami balik lagi ke sana bareng-bareng, naik angkotnya Pak Giman lagi. Desa Margaayu ini beranginnya jauh lebih parah daripada Danaraja. Di jalan menuju Desa, ngelewatin lahan yang terbuka gitu, jadi angin dengan bebasnya terbang ke sana- ke mari. Di angkot pas pulang gue selimutan pake mukena karena kedinginan hahaha.
Buka puasa bersama di Margaayu

Cerita KKP Desa Danaraja Part 3

Di minggu keenam, kami menyelesaikan sisa program kami, program terakhir yaitu plang. Melaksanakan program plang ini sejujurnya bikin gue berpikiran untuk kerja nyambi jadi tukang cat hahaha nggak deng. Dari hari Senin sampe Rabu kami full ngerjain plang ini, sebenernya semacam kejar setoran karena kami punya rencana ke Dieng hari Sabtu-Minggu-Senin-nya. Kami mulai dari ngangkutin kayu-kayu ke rumah Mbah, motongin kayu, digergaji sih tepatnya. Terus kami cat tiang-tiangnya. Memang nggak ahli kali ya, catnya nemplok dimana-mana, sampe kena kaos yang gue pake, catnya ngalir di tangan gue, kena celana, ah ceremotan lah kalo kata orang Sunda mah.
Tiga dari 16 hasil karya kami
Hari Selasa pagi kami ke SD untuk pasang plang nama tanaman. Wih anak-anak SD-nya excited banget, buntutin kami setiap kami pasang plang di sekolahnya. Beres pasang plang, kami pulang ke rumah terus lanjut, nulisin tiang plang gang sama jalan. Oh iya, sebelumnya kami juga udah survei gang-gang sama jalan-jalan yang mau dikasih plang. Pertama dicatet sama Anjar, terus beberapa hari sebelum kami memfiksasi gang-gang dan jalan yang mau dikasih nama, gue sama Yaomi ngecek ulang. Pusing juga itu nentuin gang-gang sama jalannya. Kami juga nanya ke setiap ketua RT atau RW gang mana aja yang mau dinamain, atau mungkin ada gang yang udah punya nama. Ngecat plang gang sama jalan ini bikin badan kami bau bensin. Eh kok begitu? Iya, soalnya hasil ‘ngecat’ di tangan dan kaki lumayan banyak terus kami apus pake bensin hahaha.
Pemasangan plang nama tanaman
Hari Rabu plang hasil karya kami udah selesai dan hari itu bertepatan sama hari pertama di bulan Agustus. Dari jam 10 pagi kami mulai pasang plang di Dukuh Karang Mangu sama Dukuh Danaraja, bagi-bagi tugas, kebetulan hari itu juga ada posyandu. Di Karang Mangu, kami dibantu sama Pak Darto, di Danaraja kami dibantu Pak Sahuri. Bapak-bapak ini merupakan salah dua perangkat Desa Danaraja. Jam 12 siang kami beres sama dua Dukuh. Pemasangannya dilanjut sore, siangnya kami tidur kecapean haha. Lanjutan pemasangan kami bagi tugas lagi, kelima perempuan masang di Dukuh Randu, dibantu Pak Sahuri, sedangkan kedua lelaki masang di Dukuh Langgir. Kami beres masang sekitar setengah jam sebelum buka puasa.
Pemasangan plang gang
Malam setelah kami kerja keras, kami rapat evaluasi semua program, ngomongin soal balita yang punya masalah pertumbuhan dan perkembangan itu dan juga soal rencana jalan-jalan kami ke Dieng. Secara keseluruhan program kami udah beres! Yeay! Tapi ternyata hari Sabtu kami nggak bisa berangkat karena kami harus nemenin si balita ke rumah sakit buat diperiksa lebih lanjut.
Singkat cerita, kami mengubur dalam-dalam rencana ke Dieng dan mengubah rencana jalan-jalan jadi ke Pekalongan hari Minggu nanti. Selain itu, acara rutin Geng Margasari minggu ini pindah ke hari Kamis. Yak, gilirannya Desa Danaraja jadi tuan rumah. Paginya gue, Erni, sama Lansa belanja ke Pasar Margasari. Kami masak opor ayam, chef-nya Yaomi hahaha. Buka bersama terakhir di Tegal itu kami akhiri dengan shalat Tarawih di rumah Mbah, tapi cuma sama temen-temen Jatilaba aja, temen-temen Margaayu udah pada pulang duluan.
Buka puasa bersama di Danaraja
Ini di angkot waktu kami pulang dari pasar,
biasanya lebih penuh lagi :D
Hari Sabtunya kami anter balitanya ke tempat praktik dokter anak di Kota Tegal. Pulangnya kami jalan-jalan dulu berenam minus Anjar soalnya dia mau ke Desa Jatilaba deh kalo nggak salah. Kami mampir ke Jalan Veteran buat beli oleh-oleh, yup, kami udah mau pulang! Terus sempet nengok juga ke Klenteng yang ada di situ.
Jalan Veteran
Klenteng
Besoknya, hari Minggu, kami berangkat ke Pekalongan, yaah lumayan lah mampir ke kota lain gitu. Temen gue yang KKP di Tegal juga malah ada yang jalan-jalan sampe ke Jogjakarta segala. Dari Kota Tegal, tepatnya Pacific Mall, cuma sekitar satu jam, lewatin Pantura. Kami sampe Pekalongan, tepatnya di Pasar Grosir Batik Setono jam 11 kurang. Masuk ke lokasinya, rombongan kami kebagi tiga. Gue bertiga sama Anjar dan Derry, Nadia sama Lansa, Yaomi sama Erni. Intinya di sini tuh gue nemenin para lelaki belanja deh. Anjar beli tas, beli ini beli itu, Derry telepon orang rumahnya, pada nitip ini itu juga. Gue cuma beli satu baju buat sepupu gue sama satu baju buat gue *padahal sebenernya udah beli banyak buat gue sendiri mah haha* ya sama nambah-nambahin daster lah, siapa aja yang mau pake terserah haha.
Pasar Grosir Batik Setono
Kami cabut dari Pekalongan jam 3an, nunggu bisnya lumayan lama. Sampe di Tegal lagi jam 5an, perjalanan pulang lebih lama soalnya sempet ngetem dulu bisnya. Di jalan sempet ada kaya pesulap jalanan yang nyari duit di bis yang kami tumpangi. Nadia sempet jadi korban sulapnya, ceritanya sih dia nyembunyiin kartu terus ada di tas Nadia gitu, padahal kata Nadia nggak ada apa-apa haha. Kami numpang shalat Zuhur jama’ Ashar di Mall. Terus keluar mall, pada pengen buka puasa di luar, kami ke restoran Padang di deket Pacific Mall. Emm udah lama nggak makan Nasi Padang haha.
Lagi nunggu pesenan martabak buat Mbah
Kami pulang naik bis tuyul lagi. Keneknya lucu banget, pas kami lagi nunggu bis di depan Mall, dia nyamperin kami, nanya, “Mau ke mana?” Gayanya kayak pelawak gitu, kepalanya ngangguk-ngangguk, kalo kata Yaomi sama Nadia mah mirip tokoh film Korea yang namanya Gery, apalah gue kaga tahu-menahu soal film Korea haha. Kami sampe rumah Mbah lagi sekitar jam 8 malem, minta dijemput sama Pak Giman karena di desa ini dari jam 2 siang emang udah nggak ada angkot lagi. Pulang dari Pekalongan, udah beli oleh-oleh makanan, beli oleh-oleh baju, kami udah mulai packing
Gue belum bisa packing kalo barang belum siap semua, soalnya gue bawa carrier, Anjar sama Derry juga bawa ransel gede-gede, cewe-cewe sisanya pada bawa koper semua. koper paling gede punya Lansa haha. Kalo kami bilang sih, Erni bawa butik dan Lansa bawa toko kelontong di koper mereka masing-masing hahaha. Gue nyiapin buat barang yang mau gue kirim ke Bogor, soalnya kalo semua gue bawa masuk di carrier jelas nggak akan muat dan gue nggak mau bawa-bawa tentengan apalagi bawa-bawa kardus, macam orang kampung lagi mudik aja haha.
•••
Minggu terakhir di Desa! Liat timeline twitter, temen-temen gue pada sedih mau ninggalin desanya. Gue sih yah ngerasa kalo gue bakal kangen desa ini dan sedih juga mau pisah sama temen-temen gue. Program kami udah beres semua, tinggal pamitan sama pemerintah desa dan warga desa. Hari Senin kami diundang buka puasa bareng di rumah ibu kader yang waktu itu ngajakin kami ke Guci dan juga yang motornya sering kami pinjem. Sekalian pamitan dan ngambil pesenan kripik gadung buat oleh-oleh.
Hari Selasanya kami mengadakan pamitan sekaligus penyampaian hasil pelaksanaan program kami di desa itu. Pamitannya ini malem-malem, yaa biar ceritanya nggak kaya pelatihan pestisida lagi. Alhamdulillah sebagian besar ketua RT dan ketua RW pada dateng, perangkat desa juga lengkap, ditambah para ketua Poktan. Kami juga ngasih kenang-kenangan, yaitu modul pertanian, jam dinding, sama boneka IPB.
Pamitan di balai desa
Tak disangka dan tak diduga, Pak Kades ngajakin kami main ke Taman Wisata Air Panas Guci! Kaget semua, soalnya selama ini Bapak Kades agak cuek sama kami hahaha. Padahal kami juga sebenernya udah punya rencana hari Rabu kami mau ke Jalan Veteran lagi buat beli pia untuk oleh-oleh. Soalnya kalo kami beli pas hari Sabtu itu, begitu nyampe Bogor basilah pianya. Ditambah lagi, kami juga udah nyusun jadwal pamitan ke warga desa yang kami kunjungi waktu kami awal datang ke desa dulu. Akhirnya ganti rencana buat besok. Gue sama Derry beli pia ke Kota, semua nitip ke gue, sisanya pamitan.
Kami ngejar ke Kota dan ngejar pamitan beres sebelum jam 2 siang karena kami rencananya mau berangkat jam 2 siang. Udah beres tuh, jam 1 kami semua udah selesai dengan tugas masing-masing terus siap-siap sambil istirahat. Tapi kemudian terjadilah kejadian yang bikin rencana berubah lagi, dan akhirnya gue sama Derry nggak ikut ke Guci. Gue cuma bisa liat foto Slamet yang ganteng banget dari kamera gue :(
Mau ke puncaknya nanti :3
Besoknya, tepatnya Kamis 9 Agustus 2012 adalah hari kepulangan kami. Gue seneng, udah rindu sama Bogor haha. Sebelum pulang, kami menghadiri Lokakarya kedua, bareng sama temen-temen KKP se-Kabupaten Tegal. Nanti dari situ kami langsung pulang, cewe-cewe ikut bis rombongan Tegal yang pulang ke Bogor, Anjar langsung pulang ke Banjarnegara, Derry mau naik kereta besoknya. Kumpul di Kantor Bapeda Kabupaten Tegal jam 9 pagi. Jadi dari desa harus sepagi mungkin.
Kotak di timeline sudah dicoret semua :D
Malem sebelumnya gue udah bilang gue mau mandi sebelum sahur, biar ntar nggak ngantri dan nggak rempong. Anjar senyam-senyum nggak percaya gitu hahaha. Sebelum tidur gue pasang alarm jam setengah 4 pagi. Dan yak paginya gue bangun jam setengah 4 terus langsung mandi. Pas kami sahur, gue seger sendiri. Yaomi bilang “Si Nunu beneran siah mau mandi pagi, gue kebangun jam 4 kurang denger suara air haha.” Padahal menurut gue mereka juga pasti pernah mandi jam segitu waktu jadi panitia ospek :p
Byebye Bed :)
Pagi-pagi waktu kami finishing packing, Putri nyamperin kami ke rumah belakang karena dia mau berangkat sekolah, jadi ntar nggak bisa melepas kami. Dia salim sama Mbak-mbaknya satu-satu, semuanya bilang ‘Belajar yang rajin, belajar yang pinter’ dan sejenisnya. Dan gue sedih haha. Begitu semua beres mandi dan barang-barang juga beres, kami ke rumah depan. Gue, yang cuma bawa satu carrier dan si tas stoberi unyu, cukup sekali angkut ke depan, selesai hahaha. Paket gue udah dikirim waktu hari Senin dan hari Rabu udah sampe rumah karena gue pake yang kilat. Jadi gue bantuin ngangkut koper dan bawaan-bawaannya Erni, Yaomi, Lansa, ama Nadia.
Barang bawaan kami, ini cuma setengahnya hahaha
Foto sebelum pulang
Kami berangkat dari desa jam setengah 8 pagi, nyewa angkotnya Pak Giman untuk terakhir kalinya. Mampir dulu ke Kantor Kecamatan buat pamitan sama orang kecamatan sekaligus ketemuan sama temen-temen Jatilaba dan Margaayu. Kami berangkat bareng – walaupun dengan kendaraan masing-masing – ke Kantor Bapeda di Slawi.

Pamitan sama Pak Camat,
itu Firman, koordinator Kecamatan Margasari
Sampe di Kantor Bapeda udah rame, bis yang kami sewa juga udah nangkring di situ. Sekitar jam 10, Lokakaryanya baru mulai soalnya temen-temen yang jauh, yang dari Kecamatan Bumijawa sama Bojong, baru pada dateng. Beres Lokakarya jam setengah 1an. Kami semua keluar dari Kantor Bapeda. Di depan pintu kantor, kami bertujuh ngumpul bikin lingkaran, uuuu sediih mau pisah sama mereka :( hahaha. Di situ kami menyampaikan kata-kata terakhir sebelum berpisah, terutama Anjar yang lebih banyak menyampaikan. Kata Anjar, dia bangga sama kami *uuu sedih lagi haha* dan makasih buat kerja sama selama 7 minggu. Ujungnya, Anjar ngingetin para cewe soal aurat hahaha. Siaplah bapake  hahaha.
Jam 2 kami berangkat dari Kantor Bapeda. Menuju Bogor, menuju rumah masing-masing, menuju kosan masing-masing, menuju para penjemput. Dan 45 hari yang menyenangkan di Desa Danaraja itupun selesai dengan bahagia :)
Mungkin cerita KKP temen-temen gue yang di desa atau propinsi lain lebih seru, tapi buat gue, apa yang gue alami di sini cukup memberikan banyak pelajaran buat gue. Semua orang pasti punya cerita dan kenangan yang menyenangkan, di manapun mereka ditempatkan sewaktu KKP. Gue termasuk orang yang punya cerita dan kenangan itu :)
Makasih Anjar, Yaomi, Lansa, Nadia, Erni, Derry. Tanpa kalian Desa Danaraja pasti bakal suram banget. Kapan-kapan kita main ke sana ya, ngunjungin Mbah :D
@nunnurul. Powered by Blogger.