Sunday, September 04, 2022

Komparatif

Terkadang kita merasa pilihan kita lebih baik daripada orang lain. Ya kita tak tahu saja, mungkin orang lain pun menganggap pilihan mereka lebih baik daripada pilihan kita.

Menurutku, tidak ada yang lebih baik. 

Semua orang punya preferensi masing-masing, punya latar belakang yang berbeda, punya pengalaman yang tak sama, punya keinginan tersendiri, punya kemampuan yang berbeda tingkatannya, dan banyak lainnya.

Aku kira, tidak perlu sih kita merasa jalan-jalan ke mall lebih tidak seru daripada jalan-jalan ke alam.
Kalau kita butuh untuk membeli sabun, kita akan pergi ke mall kan. Paling tidak ke minimarket. Bukan ke camping ground. Mungkin warung camping ground jual sabun, tetapi untuk apa jauh-jauh ke camping ground hanya untuk beli sabun.
Hal yang utama adalah; sumber kebahagiaan setiap orang itu ya berbeda-beda. Orang yang suka ke mall mungkin saja itulah yang membuat dia happy. Tidak perlu disama-samakan.

Aku kira juga, tidak perlu merasa ibu rumah tangga lebih santai daripada ibu bekerja. Ah, kalau ini aku tak berani banyak bicara. Aku cuma pernah 2 bulan jadi ibu bekerja dan baru 3 tahun 7 bulan jadi ibu rumah tangga. Pengalamanku jadi ibu bekerja tidak banyak.

Ibu rumah tangga full dan ibu rumah tangga dengan bisnis pun tidak perlu dibandingkan. Memenej waktu butuh pembiasaan.

Bisnis yang omsetnya masih tipis dengan bisnis yang sudah menampakkan hasil -- dengan waktu start yang kurang lebih sama -- juga menurutku sama hebatnya. Terpenting, tidak jalan di tempat dan tidak berhenti bukan.

Bisnis rumahan pun tidak perlu merasa kita paling memberikan yang terbaik, pertimbangan dan preferensi, sekali lagi, tidak sama. "Makanan aku isiannya paling banyak harganya murah tapi enak. Ada yang jual harga sama tapi isiannya dikit banget". 
Good for you; tapi menurutku, ya biarkan saja orang jual dengan standarnya dia. Tidak perlu membandingkan, baik kita tidak mengenal atau mengenal si penjual tersebut.


Aku (masih) belajar untuk tidak membandingkan diriku dengan ibu-ibu lainnya, dengan perempuan lainnya.
Kadang aku lupa, "Kok, aku begini saja sudah kepayahan. Dia didera masalah lebih berat tapi kuat."
Kemudian tersadar. Aku tidak tahu apa yang terjadi sebenarnya. Hanya yang kulihat dari kacamataku.

Penyanggahan.
Aku tidak mengatakan bahwa kita tidak perlu berkembang. Kita hanya perlu berjalan di jalur kita sendiri dengan menjadi versi terbaik dari diri kita sendiri.

 Mantraku: aku cukup sebagai diriku.




- ditulis sebagai pengingat untuk diri sendiri.
@nunnurul. Powered by Blogger.