Wednesday, September 18, 2019

Anakku adalah Anakku yang Ternyata Memang Anakku

Disclaimer: postingan ini akan bernuansa sok tua dan juga sok tau.

Mari kita mulai.

Kadang kalau lagi eling ga eling suka kepikiran pengen punya anak cukup 1 sahaja. Huahahaha.
WHY????
Bukannya gue takut hamil lagi. No. Malah pengen hamil lagi, hamil itu fase paling nikmat dari perjalanan parenting menurut gue hahaha. Bukannya takut melahirkan lagi. Engga, malah gue ingin banget bisa berikhtiar untuk bisa VBAC - vaginal birth after caserian - seandainya diberikan kepercayaan untuk hamil lagi.
Namun, tanggung jawab mendidik anaknya itu lho, yang sungguh sangat tidak main-main. Selalu percaya bahwa Ibu adalah sekolah, madrasah, guru, pertama dari seorang anak - Bapak kepala sekolah berarti ya hehehe. Setiap Ibu (dan Bapak juga pastinya) pasti ingin anaknya tumbuh jadi seseorang yang baik, berguna untuk orang lain, dll dsb dst pokoknya yg baik-baik lah. Ya ga bisa dong tiba-tiba si Anak jadi orang yang berakhlak karimah tapi tidak diajarkan dan tidak dicontohkan oleh orang tuanya. Mungkin special case ada. Tapi ya pada umumnya tetap orang tua adalah diktatnya anak dan anak fotokopiannya orang tua dengan beberapa perbedaan di beberapa halaman karena ada pengaruh lingkungan juga. Monmaap, Anda mengulang kata beberapa.
Intinya maaaaah, gue tidak bisa memastikan sifat dan sikap buruk apa yang nantinya terbentuk dan menempel di anak gue. Gue juga tidak bisa memastikan semua sifat dan sikap baik yang gue inginkan bisa ada pada anak gue. Yang jelas, gue harus dan memang tanggung jawab gue untuk memastikan bahwa sifat dan sikap baik itu lebih banyak daripada yang buruknya.

P.S. Mohon maaf judul memang tidak ada hubungannya dengan isi tulisan.

0 comments:

@nunnurul. Powered by Blogger.