Tuesday, March 20, 2012

Rinjani Mereka

Disambut oleh hijau kerontangnya pulau tenggara barat
Mereka pijakkan kaki di nusa itu

Energi tinggi yang mereka miliki diiringi oleh harapan dan keinginan yang meletup-letup
'Kami datang...'

Pertunjukan selamat datang dari para sapi di malam hari
Lingkaran empuk di atas savana dingin sebagai tanda agar mereka menonton langkah mereka
Ditambah lagi tenggorokan yang memohon-mohon untuk dibasahi

Perjalanan panjang meregang tenggorokan
Bertemu dengan sesama kaki dari berbagai belahan dunia
Bukit demi bukit, satu demi satu, jalan
Begitu sulitnya hingga sedikit mengubah ekspektasi

Pergerakan menyiput di atas kurva yang menguras otot organ gerak bawah
Detik-detik menjelang senja sebagai kaki terakhir yang tiba, dengan terengah
Perjuangan yang terasa begitu berat seperti dikejar pembunuh
Hembusan sang Dewi pun turun menemani
Ada yang menanti mereka di titik sana

Megahnya sisa lembayung di atas Segara menandakan bukit-bukit itu telah berakhir
Sisa makan siang ditambah seruputan susu kental manis menjadi energi
untuk menapaki sisa jalan hari itu, menuju Plawangan Sembalun

Mata yang terpejam segera terbuka lagi,
bahkan sebelum berganti hari
Pertempuran utama akan dimulai

Hanya lewat dua jam dari tengah malam
Perjuangan yang terberat
Ditemani hembusan sang Dewi yang menambah kelam
Setiap langkah begitu berat dan penuh arti

Kurva yang lebih sadis tiada henti mengiris
Menjejak satu langkah, didorong turun lagi oleh pasir setengah langkah
Istirahat di balik bongkah besar, sembunyi dari hembusan yang tiada lelah
Paman oranye mulai menggeser nona bundar manis

Entah bongkahan keberapa yang mempertemukan empat dari mereka dengan sang paman
Renik berwarna jingga dengan sisa kelabu menyatu di atas kepala mereka

Tiga orang terpaksa substitusi waktu
Satu orang diantar angin untuk segera ke titik itu
Satu orang lanjutkan perjalanannya sendiri
Ya, dia

Pasir
Kerikil
Batu
dan
Debu
Pengganti temannya

Tangis yang tertahan
Lelah yang terus dilawan
Pijakan yang mengerikan
Perjalanan yang begitu panjang

Setiap langkah yang seakan percuma
Setiap derai napas yang begitu berat dan berisik
Setiap pandangan yang mengarah ke satu titik
Ragu untuk terus ke sana

Terhenti ketika ia melihat sosok yang dikenalnya
berjalan menuruni jalan yang sedang ia perjuangkan
Ah, tinggal ia sendiri sekarang
Suplai mineral dan semangat meningkat
Betapa sebandingnya semua pengorbanan
dengan apa yang ada di titik itu
Tidak ada kata sendiri
Ia yakin akan injak titik itu

Dan di sana lah ia
Seorang perempuan kecil dan kurus
Dibalut pakaian pinjaman yang kebesaran
Berdiri seorang diri tanpa mereka yang ia butuhkan dalam perjalanan itu

Bangga memenuhi setiap ampas tubuhnya
Syukur terpanjang ia haturkan
Menahan haru
Melempar segala keraguan
Lebih dari sebanding

Hamparan keagungan yang tiada yang dapat melukisnya selain Dia
Laut yang menyatu dengan langit, dibatasi segaris awan tipis
Danau di sudut matanya yang teramat cantik
Kawah yang menguning bak pepadian
Kawah kecil yang terus merokok
Gunung kecil berbatu yang begitu manis di matanya
Tebing-tebing bagai koral
Tebing-tebing menganak tangga
Bukit kehijauan dan kehangusan di kejauhan
menjadi satu
Tak akan pernah cukup penggambaran melalui kata
ataupun tangkapan lensa belaka
Maha
bersama Sang Dewi Anjani

0 comments:

@nunnurul. Powered by Blogger.