Pendakian
Trek awal naik-naik
sedikit, kaya membelah lembah rerumputan, terus masuk hutan yang lumayan
rapat tapi nggak becek. Beberapa pendakian terakhir gue adalah anggota tim yang
paling muda, nah kali ini gue yang paling tua – sekaligus yang paling lambat
jalannya haha. Kami sampai di Pos 1 (Dok
Malang) jam 9:35, istirahat sekitar 10 menit, lanjut jalan lagi. Nggak jauh
dari Pos 1, Tebe sama Buluk nunjukkin jalan shortcut
yang tembus langsung ke Watu Tulis, jalannya naik turun bukit tapi
pemandangannya keren kata mereka.
gerbang pendakian |
Pos 1 |
Sebelum Pos 2, kami
sempat istirahat di sebuah pertigaan dengan plang penunjuk ke Pos 2 yang dari
situ berjarak 1 km. Buluk jahit tas dulu di situ. Kami cabut lagi jam 10:46. Sampai di Pos 2 (Pandean) sekitar jam 11:15, not bad lah, 1 km menanjak
ditempuh setengah jam hehe. Di pos ini kami bertemu dengan satu rombongan yang
juga berempat. Mereka naik lebih dulu dari kami, sekitar jam 12 tengah malam
tadi. Di situ kami ngobrol-ngobrol dulu, mereka rombongan UPN yang baru turun
dari Sindoro dua hari yang lalu dan langsung naik lagi ke Merbabu, ckck.
pertigaan sebelum Pos 2 |
Pos 2 |
Kami berangkat dari
Pos 2 sekitar setengah jam setelah kami sampai di sana. Perjalanan kami lanjut,
lepas dari Pos 2, masih trek hutan rapat. Trek dilanjut ke hutan terbuka, Tebe
metik arbei yang pohonnya banyak tumbuh di sana, gue sama Ikhsan nyicip. Trek yang
lumayan terbuka ini juga lumayan melelahkan. Gue memandangi trek sewaktu jalur
mulai terjal, mirip jalanan dari Padabalong, Pos 3 Rinjani hoho.
sedikit trek menuju Watu Tulis |
Kami sampai di Watu Tulis sekitar jam 12:40. Di sana kami masak makan siang untuk bertiga dilanjut shalat.
Rombongan UPN tadi datang sewaktu gue selesai shalat. Dari Watu Tulis, hijaunya
Merbabu terasa sekali, meskipun kabut masih mendominasi pemandangan di Watu
Tulis. Begitu kabut tersapu, dua bukit hijau menampakkan diri, dan tentunya si
gagah yang kami lihat dari jalan tengah malam tadi, Merapi memamerkan
lekukan punggunannya :)
Merapi :3 |
hijau hijau hijau |
Selesai packing dan membersihkan peralatan bekas
makan, kami lanjut perjalanan jam 2:15. Rencana kami hari itu adalah nge-camp di sabana 2 lewat dikit, katanya
sih tempat biasa Satu Bumi nge-camp,
kemudian lanjut ke puncak besok pagi.
Dari Watu Tulis jalannya makin mantap, mirip-mirip
bukit penyesalannya Rinjani, terus dilanjut ke trek yang menanjak-nanjak parah.
Gue sempat jatuh telungkup waktu lagi manjat tanah gegara kehilangan pijakan,
ckck, dasar nenek haha. Selesai trek tanah yang luar biasa itu kami sempat
istirahat di tempat yang luamyan lapang, Buluk tidur lagi.
Buluk tidur |
sempat cerah |
Kami sampai di Sabana 1 jam 3:20 setelah menjejak
jalan menanjak yang nggak ada bonusnya. Angin dan kabut semakin menjadi di padang
yang luas itu. Bukit-bukit tinggi kehijauan ini sekali lagi mengingatkan gue
akan Rinjani, bedanya sepanjang sabana 1 Merbabu jalannya lempeng alias datar,
sedangkan Rinjani, emm Rinjani emang ada datarnya ya? Cuma pas jembatan doang,
hahaha.
Sabana 1 |
Dari trek sabana 1
yang masih datar kemudian dilanjut ke jalan yang menanjak. Sewaktu lagi
menanjak, kami bertemu dengan rombongan mahasiswa kehutanan UGM yang lagi jalan
turun. Tebe sama Buluk ngobrol-ngobrol sama mereka yang ternyata sebagian dari
mereka kemarin arung jeram bareng Satu Bumi.
jalur menuju sabana 2 |
Kami melintasi Sabana 2 sekitar jam 4 sore, empat orang rombongan UPN lagi santai di antara kabut
di seberang tanda Sabana 2. Kami menyapa-nyapa lagi terus lanjut jalan ke
tempat camp. Sekitar 5 menit jalan dari sabana 2, kami sampai di tempat camp
yang dimaksud Buluk dan Tebe. Sebetulnya muncak hari itu pun bisa kami lakukan,
karena perjalanan ke puncak dari tempat kami camp cuma 1 jam, rombongan UPN itu
mau muncak saat itu juga, dari Pos 2 mereka cuma bawa dua daypack. Nah, kami memutuskan nge-camp karena Tebe mau buka puasa pertama – di gunung.
Sabana 2 |
Kami langsung dirikan
tenda dan rapikan barang lalu kami tidur nunggu magrib haha. Jam 6 kami bangun,
mulai masak dan shalat Maghrib secara bergantian. Kami masak spageti dengan saus
instan hot tuna. Selesai makan, mules-mules semua haha. Selesai makan kami
nyantai-nyantai dulu, Buluk hampir tidur lagi sih, tapi jam 9 kami mau shalat
tarawih. Gue bilang kelamaan nunggu jam 9, nanti keburu tidur, akhirnya jam
8:45 kami mulai bergerak, atur flysheet
buat alas shalat, wudhu terus atur posisi.
Gue nggak pernah
membayangkan bakal shalat tarawih pertama di gunung, di ketinggian sekitar 2700
mdpl. Rasanya menakjubkan banget :D Shalat wajib di gunung aja rasanya istimewa
banget, apalagi shalat tarawih. Kalau menurut kami sih, naik gunung edisi
tafakur alam hehe.
Selesai shalat jam
9:30, kami masak nasi untuk sahur besok pagi. Setengah jam kemudian kami tidur
setelah pasang alarm jam 2 pagi untuk masak sahur.
Sahur Pertama di Gunung
Jam 2:15 tanggal 10
Juli, alarm jam tangan Ikhsan dan handphone-nya
Tebe bunyi, nggak ada yang langsung bergerak. Gue masih ngantuk banget karena
sedari malam cuma bisa tidur sedikit-sedikit. Biasanya kalau dengar alarm gue
kan langsung gerak, kali itu nggak kuat lah. Tebe bergerak dari ujung tenda ke
pintu tenda buat masak, nggak lama Tebe masak, Buluk bangun, gue lanjut tidur
sampai jam setengah empat hehe.
Jam 4 kurang 15 menit
kami mulai makan sahur. Menu sahur kami adalah nasi, nugget, telur ceplok, dan
supkrim jagung pakai tofu. Meskipun nuggetnya keras, meskipun telur ceploknya
nggak welldone, meskipun nasi masih
ada yang bersisa beras sedikit, tapi sahur kami Alhamdulillah kece banget haha.
Selesai sahur kami
shalat Subuh di antara angin subuh yang membekukan. Rencana awal, setelah
shalat kami mau langsung muncak, karena nanti sore gue sama Ikhsan udah harus
ngejar kereta ke Lempuyangan. Tapi ya seperti biasa, lagi dan lagi, harus
tiduran dulu, janjinya setengah 6 berangkat.
Gue time keeper,
tiduran sambil megangin jam tangan dan hampir saja ikut tertidur haha. Setelah
tertidur sekira 5 menit, gue terbangun mendadak, refleks lihat jam, 5:32. Gue langsung menggebah-gebah
Buluk sama Ikhsan. Buluk langsung nyahut, “Iya yuk berangkat sekarang!”
Summit Attack
Kurang lebih jam 5:40, kami mulai jalan. Kami berangkat muncak hanya
bertiga, Tebe menunggu di tenda biar bisa beres-beres. Jadi pas kami balik ke
tenda, kami bisa cepat mulai jalan turun. Kabut masih menemani perjalanan awal
menuju puncak Merbabu, namun tidak setebal kemarin.
Sekira jam 6 pagi, di kanan kami, semburat jingga muda mulai terlihat, sunrise! Puncak Syarif di belakang kami
juga masih jelas terlihat, hijau. Selepas sunrise,
kabut kejam mulai turun lagi. Dinginnya nggak santai. Buluk jalan paling
depan sambil sarungan yang kayak ninja-ninjaan itu, gue jalan di belakang Buluk
pakai sarung tangan, Ikhsan jalan paling belakang konsisten menyembunyikan
tangannya di kantung jaket.
sunrise menuju 3142 |
Gue mulai khawatir kami – terutama gue – jalan terlalu lama, saat itu
sudah jam 6:20, seharusnya kami sudah hampir sampai, tapi gue belum lihat
tanda-tanda jalan menanjak akan berakhir.
Syukur, 5 menit setelah itu, jalanan mulai berbentuk selokan kecil yang
hanya cukup untuk diinjak satu kaki bergantian. Gue lihat ke arah depan, Buluk
yang biasanya selalu menunggu kalau jarak dia dan gue terlalu jauh, sudah tidak
terlihat. Gue lanjut jalan, menyusuri selokan kecil itu. Di atas, terlihat
tanjakan berakhir.
Gue lihat Buluk melambai di atas batu di arah seberang gue muncul. Tanah
lapang, beberapa batu berserakan, ada satu penanda seperti penanda pos-pos di
bawah. Gue belum yakin itu puncak, gue mendekati penanda itu.
Gue tersenyum, jam 6:30 tepat. Gue menengok ke belakang, kepala Ikhsan
muncul, gue teriak, “Poci! Yeay!” Ikhsan mengangguk dengan senyuman kecil di
wajahnya.
Alhamdulillah,
my seventh summit, Mount Merbabu, 3142 m asl! :D
Ini puncak keduanya Ikhsan sekaligus pertama kalinya ia berdiri di atas
ketinggian 3000 mdpl. Kami berdua foto-foto – Buluk tidur lagi. Sayang kabutnya
betul-betul nggak mau kompromi, selama 15 menit kami berdiri di puncak, cuma
dua kali matahari muncul di balik kabut, itu pun cuma berbetuk bulatan kecil di
atas puncak Kenteng Songo.
Karena cerah tidak kunjung muncul, gue memutuskan untuk tidak
berlama-lama di puncak. Pukul 6:45 kami turun dari puncak ditemani kabut yang
masih mengurung kami. Turun dari puncak Merbabu sedikit mengingatkan gue
sewaktu turun dari puncak Kerinci. Kerudung dan bulu mata berembun saking
parahnya kabut dan dinginnya udara.
Jam 7:20 gue sampai lagi di tenda, Buluk sudah sampai duluan, Ikhsan di
belakang gue, dan Tebe baru bangun. Kami langsung bersih-bersih alat makan
bekas sahur, gulung-gulung sleeping bag, dan packing.
Poci's second peak |
puncak kali ini bertepatan dengan ulang tahun adik gue yang merupakan kakaknya Ikhsan :) |
Jam setengah 9 kami baru selesai packing,
tinggal tenda yang belum masuk ke carrier
Buluk. Jam 8:50 kami sudah siap dan rapi, estimasi sampai di basecamp paling telat jam 12 siang. Kami
harus sampai di bawah secepat mungkin karena rencananya motor Sentot yang
pingsan kemarin mau diganti oli dulu. Pastinya bakal butuh, waktu sedangkan
perjalanan Boyolali-Yogya kurang lebih dua jam dan jam 5 sore gue sama Ikhsan
harus sudah duduk manis menunggu kereta di Stasiun Lempuyangan.
Setelah berdoa dipimpin Ikhsan lagi, kami mulai jalan, ngebut. Nggak
sampai 1 jam kami mendarat di Watu Tulis, yaitu jam 9:40, padahal kemarin Watu
Tulis-Sabana 2 saja 2 jam lebih. Sampai di Pos 2 jam 10:00, rombongan UPN masih
nyantai-nyantai di dalam tenda mereka. Kami lanjut jalan ngebut sampai di
pertigaan Pos 2 jam 10:15, dan sampai di Pos 1 jam 10:37. Jalan udah nggak
keruan, lompat sana-sini, lari sana-sini, jatuh sana-sini juga.
Sekira jam 11:10 gue ngeh kami udah masuk ke jalur awal yang nampak
seperti membelah lembah rerumputan. Gue yang udah nggak tahan pegelnya kaki,
merentangkan tangan ke belakang, mengunci posisi tas biar nggak loncat-loncat,
terus lari ngejar Buluk yang jalan paling depan. Ikhsan sama Tebe lumayan di
belakang gue.
Gue sampai di basecamp
pendakian lagi sekitar jam 11:20. Yes,
hanya 2 jam setengah saja dari Sabana 2 sampai basecamp, padahal kalau yang gue baca di blog orang tentang
pendakian dia di Merbabu, dia turun dari Puncak Triangulasi sampai basecamp sekitar 6 jam -___-
Buluk langsung keluarin motor dari tempat penitipan di dalam basecamp. Tanpa menunggu apapun dan
mengganti pakaian apapun, kami langsung turun ke kota jam 11:40. Lima menit
kemudian kami ketemu bengkel pertama, kami minggir dulu buat ganti oli. Anehnya
ganti olinya cepat sekali, nggak ada 10 menit udah selesai.
Pulang ke
Yogya lalu Jakarta lalu Bogor
Tepat saat adzan Zuhur berkumandang, kami melanjutkan perjalanan ke
Yogya. Berhubung pakaian masih kotor dari atas sampai bawah, kami memutuskan
shalat di Yogya setelah bersih-bersih. Sepanjang perjalanan, gue fokus ngeliatin
satu objek yang ketje luar biasa, Merapi hehehe.
Sebelum pertigaan tempat kami istirahat malam sebelumnya, motor yang
ditumpangi Buluk dan Ikhsan sempat jatuh di dekat satu jembatan, gue panik
lihat mereka. Ikhsan kakinya tertimpa motor, Buluk juga bahunya luka. Rupanya
gegara sewaktu belokan menanjak, ada motor dari arah berlawanan, Buluk mengerem
motor, sayangnya ada pasir di jalannya, jadilah motornya oleng dan jatuh.
hello Merapi, i'll come to ya later :3 |
Kami melanjutkan perjalanan yang diwarnai dengan motor yang ditumpangi
Tebe dan gue mati nggak bisa nyala sepanjang kurang lebih 1 km (untung jalannya
menurun, jadi tinggal gelosor), hujan besar yang mendadak turun, dan melewati
jembatan sempit dan mengerikan pas banget angin sedang bertiup-tiup. Seru dan
ngeri haha. Jam 1 siang Tebe dan gue sudah masuk DIY lagi, Buluk dan Ikhsan
sudah di depan. Ternyata di Yogya kering kerontang belum hujan, sedangkan kami
basah kuyup.
Kami sampai di sekret jam 2 siang dengan celana dan baju yang bahkan
sudah setengah kering. Gue langsung beberes dan packing sambil nunggu Ikhsan mandi dan shalat terus kami gantian
mandi. Selesai mandi masih sempat selonjoran dulu di sekret.
Jam 5 kurang kami diantar Buluk dan Eko ke Stasiun Lempuyangan. Nggak
lama kami sampai stasiun, sebuah rangkaian kereta datang. Pengumuman di speaker stasiun nggak jelas menginfokan
apa; nanya ke petugas jawabannya nggak nyambung, ditanya GBM kapan datang malah
jawab di jalur 1. Kami berdua duduk di bangku stasiun. Gue takut kereta yang
berdiam di depan kami ini ternyata adalah kereta kami, gue coba cari petugas
lain terus nanya. Dan ternyata memang itu kereta kami -___-
Lari-lari gue balik ke tempat Ikhsan nunggu terus langsung naik ke
gerbong terdekat. Begitu kami naik, dua detik kemudian kereta bergerak, fiuh.
Kami segera bergerak menuju gerbong kami. Nggak lama kereta berangkat dari
Lempuyangan, adzan magrib berkumandang, kami buka puasa pertama di kereta hehe.
Selama di kereta kami kebanyakan tidur, Ikhsan sih yang lebih banyak
tidur. Kaki gue sampai kesemutan berkali-kali dijadikan alas tidur Ikhsan. Lewat
dari Stasiun Prupuk, Tegal, hujan turun deras dan lama bersambung sampai entah
di mana. Kereta kami melaju cepat sekali, malah kalau menurut gue agak
ugal-ugalan -___- terasa sekali guncangannya. Sewaktu pulang dari Semeru gue naik
kereta ini dan duduk di posisi yang mirip dengan ini pula, yaitu dekat
perbatasan antargerbong, tapi gue masih bisa tidur pulas.
Kami sampai di Stasiun Jakarta Kota on time sekali, sekitar 2:15 pagi. Commuter Line menuju Bogor baru ada jam
5:57, artinya kami harus menunggu kurang lebih 4 jam untuk bisa pulang ke
Bogor. Kami sahur popmi yang dibeli di stasiun dan susu ultra yang dibeli di
Yogya.
Selesai shalat subuh, kami keluar lalu beli tiket Commuter Line ke Bogor seharga Rp5 000. Di dalam kereta Jakarta-Bogor kami tidur lagi. Setelah
berganti angkot dua kali, kami tiba di rumah, dan pendakian ngebut kami pun
selesai :)
Terima kasih buat Allah SWT yang mengizinkan kami berangkat, memberikan
perlindungan kepada kami, dan memberikan pengalaman yang berbeda, serta
pelajaran mengenai diri sendiri.
Terima kasih buat Bapak sama Mamah yang mengizinkan gue bawa kabur anak
bontotnya ke Yogya terus dibawa mendaki ke Merbabu.
Terima kasih buat travel mate
gue kali ini, sekaligus adik gue yang paling apabanget sedunia, Poci. Maaf gue
sering marah-marah, abis lu bergantung sama gue mulu sih haha. Semoga hadiah
masuk Smanli dari gue ini menyenangkan hahaha, semoga banyak pengalaman dan
pelajaran yang bisa lu ambil dari perjalanan kita kemarin ya. Maciw Pociw!
Terima kasih banyaaaaaaak sekali juga buat Farhan yang sudah menjemput,
memandu, dan mengantar kami ke mana-mana, padahal pas jemput kami di
Lempuyangan belom tidur malemnya haha. Terima kasih banyaaaaak juga buat Tebe
yang sudah mengantarkan dan memandu kami selama pendakian, dan memboncengi gue
ke dan dari Selo. Terima kasih untuk shalat tarawih nya, untuk sahurnya, untuk
cerita-ceritanya. Terima kasih banyak bangetbangetbanget buat kalian berdua!
Terima kasih juga buat para anggota Satu Bumi yang menerima kami di
sekretnya, meminjamkan barang-barangnya, meminjamkan motor-motornya. Sukses
selalu kalian :D
0 comments:
Post a Comment