Saturday, August 27, 2016
Prosesi: Pasmalima
Monday, August 22, 2016
Rindu 2
Rindu nyusup lewat Javana Spa
Rindu nyanyi dalem hati sepanjang jalur Bajuri - Lapangan Gas karena inget yel-yel waktu dilantik
Rindu bau lumpur jalur Cidahu dan Cibatok
Rindu memandang luasnya Segara Anak
Rindu memandang Baru Jari yang imut tapi sangar
Nggak rindu jalur Segara Anak - Senaru
Rindu ciprat-ciprat di sungai di sebelah Pos 2 Kerinci
Nggak rindu jalur Shelter 2 - Shelter 3 Kerinci
Rindu lihat lintah merah merona sebesar belut - lihat doang ya
Rindu sunset Shelter 2 Kerinci
Rindu jalan-jalan ke Kalimati bawa wadah air
Nggak rindu debu musim kemaraunya jalur Cemoro Kandang Semeru
Rindu jalur ceruknya Kerinci, anyep-anyep lembap
Nggak rindu terjembap di jalur sebelum Sabana 1 Merbabu
Rindu lari-lari turun dari Sabana 2 sampe Gerbang Selo
Rindu lari-lari di antara pohon edelweiss yang tinggi-tinggi di Mandalawangi macam di video klip India
Rindu memandang Merapi dari Watu Tulis Merbabu
Rinduuuuu banget sosorodotan turun dari puncak Rinjani dan Semeru
Rindu duduk-duduk cantik di atas jalur lava sebelum Pos Padabalong
Rindu angetin kaki di Aiq Kalak
Rindu menyipit-nyipitkan mata, melihat Danau Gunung Tujuh dari puncak Kerinci
Rindu tengok kanan kiri, nyiriin puncak Gunung Agung dan puncak Gunung Tambora dari puncak Rinjani
Rindu dibikin nangis sama gunung-gunung kecil di sekitar puncak Mahameru
Rindu berdiri di puncak Triangulasi Merbabu, pengen nyobain berdiri di situ sewaktu cuaca cerah
Rindu lihat puncak Gunung Salak di kejauhan dari puncak Pangrango
Rindu 360' puncak Gede, dari mulai kawah, puncak Pangrango, sampe alun-alun Suryakencana
Rindu kabut di sekeliling puncak Salak 2 yang kelihatan dari Salak 1
Rindu berdoa di setiap puncak gunung, bersyukur atas puncak, berdoa atas keselamatan perjalanan, berdoa untuk para pendahulu; berdoa sendiri ataupun berdoa dengan teman-teman tim pendakian.
Nurul - miss every thing too much.
Saturday, August 20, 2016
Rindu 1
Sudah lama sekali gue nggak mendaki. Terakhir mendaki tahun 2013.
Apalagi pendakian ke Rinjani yang juga sudah lamaa banget rasanya *walaupun baru 5 tahun lalu* tapi masih inget banget perjuangan summit attack, kurang lebih 6 jam dan sebagian besarnya jalan sendirian. Kalo gue inget-inget lagi, kok gue sinting amat jalan sendirian di jalur puncak gunung api tertinggi kedua di Indonesia, apalagi setelah banyak kabar pendaki yang tewas di Rinjani. How did I dare to walk alone along the summit track?
Dari segi umur gue merupakan anggota paling bontot dari rombongan gue. Dari 5 orang anggota tim, cuma 2 yang berhasil sampe puncak. Sama senior yang berhasil muncak itu pun, gue nggak barengan jalannya. Start summit attack memang barengan berlima, tapi selanjutnya tergantung dari banyak sekali faktor lain. Intinya sih, mencar. Ketemu dia lagi pun sewaktu dia sudah jalan turun sedangkan gue masih ngesot-ngesot menuju puncak.
Yang gue sadari adalah, bukan cuma mental dan fisik yang memungkinkan gue berhasil nyampe puncak, tapi ada banyak hal-hal yang di luar kuasa gue. Nggak kebayang kalo sebelum mendaki gue ga mempersiapkan fisik, ga makan dulu, atau ga bawa persiapan makanan di jalan; dan ga kebayang kalo saat gue jalan sendirian itu mental gue drop, atau gue kelelahan, atau gue hilang konsentrasi, atau tetiba cuaca memburuk, atau sejuta kemungkinan mengerikan lain.
Buat yang sudah pernah mendaki Rinjani pasti tau seberapa gilanya jalanan dari Plawangan Sembalun sampe puncak Rinjani. Belum lagi anginnya kalau kita jalan di puncak musim kemarau.
Mendaki itu bukan biar kaya orang-orang, mendaki itu bukan biar punya koleksi buat di-upload ke medsos. Mendaki itu, yang dari dulu gue pahami adalah, panggilan. Kalo kita tidak dipanggil untuk mendaki, sedikit sekali makna yang bisa kita pahami dari pendakian. Dan mungkin sampai saat ini mereka belum memanggil gue untuk datangi mereka karena beberapa cita-cita lain yang sedang gue perjuangkan.
Maafkan pendaki pemula yang sok tahu ini.
Bagaimanapun gue selalu berharap gue masih punya banyak kesempatam untuk bisa medapatkan panggilan untuk mendaki lagi.
Thursday, August 18, 2016
Preambule Comeback Post
So, actually, I have few writings I saved on my phone. I was going to post them on my Instagram, but the caption would be too long I think. Instead, I'll post them as my comeback posts to this blog.
Now, let me think about it. Why did I skip blogging?
First, maybe, because I tend to back to pen and paper. I always love how my fingers and my pen created the letters.
Maybe, also, I found another way, a simpler way to post something. Yep, Instagram and another social media.
And maybe, well, adult cliché problems, I've got no time. My timetable has turned into 7am-6pm office hour (including the trip) then continued to 6pm-8pm teaching private class. And yeees, gaming was pretty relaxing for my hectic brain.
I just hope that I can reduce my gaming time and write more. Just like I did. About anything. I neither do fashion nor make-ups so I can not be a beautyblogger or fashionblogger whatsoever. I travel less than before (no enough free time, sadly), so I have nothing about tavel to tell. So I'm gonna bore you all, I'll write about anything. Anything that cross my mind.