Long time no write, long time no write hehe. Sibuk? Awalnya sih iya sibuk
nulis masterpiece yang nggak terlalu piece of master banget, sebut saja dia
skripsi. Kemudian skripsi selesai, masih sibuk juga, sibuk mikir hari ini mau
ngapain, besok mau ngapain, lusa mau ngapain hehe.
Sambil menunggu
kegiatan, akhir-akhir ini saya rajin nonton salah satu program di stasiun
televisi yang tahun ini baru mengudara. Saya suka banget sama program ini,
cukup berbeda dibandingkan program sejenisnya yang sudah ada sebelumnya, ada
beberapa keunikan.
Unik yang pertama,
saya rasa ini satu-satunya program di jenisnya yang menggunakan narator seorang
native dari daerah yang menjadi objek
di setiap episodenya. Si narator ini bisa merupakan Duta Pariwisata daerah
tersebut, jurnalis, fotografer, atau bahkan penduduk asli suatu kampung di
pedalaman, suku aslinya. Buat saya sih ini menarik banget, saya jadi belajar
berbagai macam logat, cara bicara, aksen, dan bahasa daerah hampir se-Indonesia.
Dan juga, somehow, penyampaian konten
dan materinya jadi lebih mengena karena orang situnya asli yang ngasih tau.
Unik juga di materi
yang di-deliver oleh naratornya itu.
Biasanya kan kalau acara sejenis lebih fokus menonjolkan keindahan alam di
daerah tersebut, atau mungkin kadang budayanya juga sih. Tapi kalau di acara
ini, yang saya perhatikan, sering banget yang diangkat itu bukan cerita-cerita
yang pada umumnya sudah diketahui orang banyak. Contohnya pengolahan gula,
kopi, bahkan sampai produksi shuttlecock yang
ternyata mendunia (daerahnya daerah tempat saya praktik lapang, sebelumnya saya
nggak pernah tau kalau daerah ini memproduksi shuttlecock).
Unik berikutnya adalah
teknik pengambilan gambarnya. Saya bukan orang yang ngerti kamera, videografi,
dan sebagainya, tapi saya sering banget terkagum-kagum sama sudut pengambilan
gambar acara ini. Saya sering membahas ini sama adik saya, dia juga setuju.
Kami ngerasa sudut pengambilan gambarnya kece banget, beda sama acara lain.
Contohnya waktu episode yang menayangkan stingless
jellyfish. Aah itu saya gemes banget sama ubur-uburnya, gemes banget
banget! Di lain kesempatan saya pernah juga nonton acara sejenis yang meliput
si ubur-ubur ini, adik saya nonton juga. Kami langsung komentar, kok perasaan
beda ya, liat tayangan yang ini nggak bikin gemes gitu haha.
Selain unik, gegara
acara ini saya juga jadi tau, banyak kok di luar sana orang-orang yang setia
mempertahankan budaya daerahnya. Dan saya SALUT banget sama mereka. Dari ujung
paling barat sampai ujung paling timur, selalu ada mereka yang melakukan
pelestarian budaya daerah mereka dengan sepenuh hati. Dari yang belajar tarian
daerah yang sulit sampai yang berbahaya, yang pakai topeng seberat hampir 50kg
(nggak paham sama yang ini kuat banget), juga para sesepuh atau juga sama
keluarganya yang konsisten menjaga warisan-warisan budaya daerahnya – golek,
senjata tradisional, topeng reog, kain tenun, alat musik tradisional, dan
sebagainya. Bukan cuma menjaga, tapi konsisten menghasilkan karya-karya budaya
itu. Keren banget lah.
Saya sih cuma berharap
acara ini juga konsisten memberikan pengetahuan-pengetahuan baru yang saya rasa
belum banyak orang yang tau, di luar apa yang sudah mereka tau sebelumnya. Semoga
lebih banyak lagi cerita-cerita dari pelosok Indonesia ini yang terdengar dan
jadi pengetahuan baru buat saya – ya buat penonton yang lain juga tentunya.
Baru kali ini rasanya saya suka suatu program di tivi sampai saya tulis di blog
kan ya? hehehe. Sebelum terakhir, CMIIW ya kalau ada salah-salah info.
Terakhir, seperti nama
acara sekaligus jargonnya, saya mau ikutan ngucapin biarpun nggak masuk tipi haha.
Indonesia Bagus! :D
p.s. kalau liat playlist-nya di YouTube, klik link di atas aja :D